Sahabat elMajalis
yang budiman. Salah satu sunnatullah atau ketentuan Allah yang terus
terjadi pada hamba-Nya adalah kekayaan dan kemiskinan. Maksudnya bahwa Allah
swt telah menetapkan bahwa para hamba-Nya memiliki strata sosial yang
berbeda-beda. Ada di antara mereka Allah berikan kekayaan dan ada juga di antara
mereka yang Allah taqdirkan hidup miskin. Dan hal ini sudah menjadi hal yang
dimaklumi oleh setiap manusia karena memang begitulah realitanya.
Tapi, yang menjadi
pertanyaan besar, apakah kekayaan itu adalah tanda bahwa seseorang dimuliakan
oleh Allah dan apakah kemiskinan itu pertanda seseorang dihinakan di sisi
Allah..?
Ada di antara manusia
apabila dia diberi kemudahan, kelapangan atau kekayaan, dia mengira bahwa Allah
telah memuliakannya dengan bukti bahwa Allah memberikan kekayaan kepadanya. Dan
apabila dia deberikan kesempitan, kekurangan atau kemiskinan, dia mengira bahwa
Allah telah menghinakannya dengan bukti Allah sempitkan hidupnya.
Apakah anggapan di
atas benar atau salah ??
Sahabat yang
budiman..!!
Sebenarnya pertanyaan
di atas sudah di jawab langsung oleh Allah swt di dalam al-Qur’an tepatnya di
dalam surat al-Fajr: 15-17.
))فَأَمَّا الْإِنْسَانُ إِذَا مَا ابْتَلَاهُ
رَبُّهُ فَأَكْرَمَهُ وَنَعَّمَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَكْرَمَنِ (15) وَأَمَّا إِذَا
مَا ابْتَلَاهُ فَقَدَرَ عَلَيْهِ رِزْقَهُ فَيَقُولُ رَبِّي أَهَانَنِ (16) كَلَّا
“Adapun apabila
manusia itu diuji oleh tuhannya, dengan dimuliakannya dan diberikan kenikmatan
kepadanya, maka ia berkata, Tuhanku telah memuliakanku (15) dan apabila manusia
diuji dengan disempitkan rizkinya, maka ia berkata, Tuhan ku telah
menghinakanku (16) Sekali-kali bukan demikian (seperti anggapan kalian) …
(QS. Al Fajr: 15-17)
Imam Ibnu Katsir rh
ketika menafsirkan ayat di atas berkata:
))يقول تعالى منكراً على الإنسان ، إذ وسع
الله تعالى عليه في الرزق ليختبره ، فيعتقد أن ذلك من الله إكرام له ، وليس كذلك بل
هو ابتلاء وامتحان ، كما قال تعالى : { أَيَحْسَبُونَ أَنَّمَا نُمِدُّهُمْ بِهِ مِن
مَّالٍ وَبَنِينَ * نُسَارِعُ لَهُمْ فِي الخيرات بَل لاَّ يَشْعُرُونَ } [ المؤمنون
: 55-56 ] وكذلك في الجانب الآخر إذا ابتلاه وامتحنه وضيق عليه في الرزق ، يعتقد أن
ذلك من الله إهانة له ، قال الله تعالى : { كَلاَّ } أي ليس الأمر كما زعم لا في هذا
ولا في هذا ، فإن الله تعالى يعطي المال من يحب ومن لا يحب ، ويضيق على من يحب ومن
لا يحب ، وإنما المدار في ذلك على طاعة الله في كل من الحالين ، إذا كان غنياً بأن
يشكر الله على ذلك ، وإذا كان فقيراً بأن يصبر.((
“Allah swt berfirman sebagai bentuk pengingkaran terhadap
anggapan manusia (yaitu) dimana ketika Allah meluaskan rizkinya untuk
mengujinya, ia meyakini bahwa pemberian itu adalah salah satu bentuk pemuliaan
Allah terhadap dirinya, padahal sebenarnya bukanlah demikian tapi hal tersebut
adalah ujian dan cobaan (dari Allah). Sebagaimana firman Allah (surat
al-Mukminun: 55-56). Di sisi lain, apabila dia diuji dengan disempitkan
rizkinya, ia meyakini bahwa hal itu merupakan penghinaan dari Allah
terhadapnya. (maka) Allah berfirman “Sekali-kali tidak” artinya: Hal itu
bukanlah seperti yang disangka, kedua anggapan tersebut salah. Karena
sesungguhnya Allah swt memberikan harta (kekayaan) kepada orang yang Dia cintai
dan juga kepada orang yang dia benci, dia menyempitkan rizki orang yang Dia cintai
dan juga orang yang Dia benci. Sesungguhnya barometernya (mulia tidaknya) adalah
ada pada ketaatan kepada Allah di dalam kedua konsisi tersebut (kaya atau
miskin). Apabila dia kaya maka hendaklah dia bersyukur atas nikmat tersebut dan
apabila dia miskin maka hendaklah bersabar.” dikutip dari kitab :
(تيسير العلي القدير لاختصار تفسير ابن كثير المؤلف : محمد نسيب الرفاعي)
Jadi, kesimpulannya
bahwa kekayaan dan kemiskinan adalah ujian dan cobaan dari Allah swt dan tidak ada hubungannya dengan kemuliaan dan kehinaan. Adapun
barometer kemuliaan seseorang adalah terletak pada ketaatan dan ketaqwaan
seorang hamba di sisi Allah swt. Semoga kita semua termasuk dari hamba-Nya yang
bertaqwa.
Wallahu A’lam.
Semoga bermanfaat.
Oleh:
Abu Umair al-Atjehi, Lc
========
Artikel: www.elmajalis.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar