
Allah swt berfirman:
“Dan adalah Allah Maha mengawasi segala sesuatu.” (QS.
Al-Ahzab: 52)
Sahabat yang budiman..
Tak bisa dipungkiri bahwa saat ini kita berada di era globalisasi.
Satu zaman dimana perkembangan alat komunikasi dan teknologi semakin pesat dan
luar biasa. Tentu sarana-sarana tersebut memiliki pengaruh besar bagi kemajuan dan
kejayaan Islam. Akan tetapi di sisi lain, pengaruh negatif dari globalisasi ini
pun tak bisa dihindari. Dimana berbagai kemaksiatan begitu mudah dilakukan
tanpa harus mengeluarkan banyak biaya. Seseorang bisa mengakses berbagai bentuk
kemungkaran hanya dalam hitungan detik saja. Ia akan begitu mudah berbuat
maksiat karena maksiat bagitu dekat dengannya, maksiat sudah tersimpan di-hp-nya.
Itu semua merupakan diantara efek negatife dari globalisasi ini, ditambah lagi
kurang atau bahkan hilangnya muroqabatullah dalam diri seorang muslim.
Definisi
Muroqabah
Mungkin diantara kita ada yang bertanya apa sih muroqabatullah
itu..? Nah berikut ini akan penulis ketengahkan jawabannya dari salah seorang
imam besar yang sudah sangat populer yaitu Al-Imam Ibnul Qayyim al-Jauziyah
. Ia
mengatakan bahwa “Muroqabah adalah satu sikap dimana seorang hamba mengetahui serta
meyakini bahwa Allah
senantiasa mengawasi segala sikapnya, baik
yang tampak maupun tidak. Inilah yang disebut dengan muroqabah. Apabila seorang
hamba meyakini bahwa Allah
senantiasa mengawasinya, tidak ada yang
tersembunyi sesuatupun dari-Nya, itulah sejatinya muroqabah itu.” Kemudian
beliau melanjutkan “Dan muroqabah merupakan ta’abbut (pendekatan diri)
kepada Allah
dengan merealisasikan makna dan konsekwensi dari
nama-nama-Nya seperti Ar-Raqib (Maha Mengawasi), Al-‘Alim (Maha
Mengetahui), Al-Hafidz (Maha Menjaga), Al-Bashir (Maha Melihat), Al-Syahid
(Maha Menyaksikan) dan lain-lain.”




Rasulullah
bersabda: “Sembahlah Allah seakan-akan kamu
melihatnya dan jika kamu tidak melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah selalu
melihatmu.” (HR. Muslim)

Allah
berfirman:

“Sesungguhnya
bagi Allah tidak ada satupun yang tersembunyi di bumi dan tidak (pula) di
langit.” (QS. Ali Imran: 5)
Jadi, Muroqabah adalah sikap senantiasa merasa diawasi dan dilihat
oleh Allah
dalam segala kondisi dan situasi, baik dalam
keadaan sendirian maupun keramaian, di waktu siang maupun dimalan hari, di
jalanan atau di kamar sepi semuanya takkan luput dari pengawasan dan
penglihatan dari-Nya.

Macam-macam
Muroqabah
Sebagian ulama telah menjelaskan bahwa muroqabah terbagi menjadi
tiga macam yaitu sebagai berikut;
1.
Muroqabah
sebelum melakukan suatu amalan
Seorang muslim sebelum melakukan suatu amalan atau ibadah,
hendaknya ia bertanya kepada dirinya ‘untuk apa saya melakukan ini, apa yang
saya inginkan dari amalan ini atau apa yang memotivasi saya mengerjakan ibadah
ini??. Jika Anda ingin berinfak, maka tanyakan pada diri Anda, apakah saya
mengharapkan wajah Allah dari infak ini atau karena ingin dikatakan bahwa saya
dermawan dan lain-lain. Oleh kerena itu seorang muslim harus memiliki prinsip,
jika amal ia lakukan karena Allah ia lanjutkan, jika sebaliknya maka ia
berusaha meluruskan niatnya terlebih dahulu.
Hasan Al-Bashri
bertutur: “Apabila salah seorang diantara
mereka ingin bersedekah, maka ia melihat dan berfikir dulu, jika ia bersedekah karena
Allah, maka ia lanjutkan kemudian beliau berkata ‘semoga Allah merahmati
seorang hamba yang berhenti di sisi keinginnannya, jika keinginan itu karena
Allah ia lakukan jika karena selainnya maka ia hentikan.”

2.
Muroqabah
ketika sedang melakukannya
Seorang hamba harus senantiasa muraqabah disaat ia sedang melakukan
suatu amalan. Kita sholat, maka kita harus selalu merasa diawasi oleh Allah
dalam keadaan kita berdiri, rukuk dan sujud. Kita berbicara maka hendaknya
selalu merasa diawasi oleh Allah sehingga tidak berbicara sesuatu yang
dilarang-Nya dan mengundang dosa. Begitu juga hendaknya seorang hamba selalu
muroqabah dalam hal waktunya sehingga ia tidak menyia-nyiakan watunya dan
seterusnya.
3.
Muroqabah
setelah melakukannya
Muroqabah setelah melakukan suatu ibadah berarti merasa khawatir
jika amal yang dia lakukan tidak diterima oleh Allah. Ia khawatir jika Allah
tidak ridho dengan amalan yang telah ia lakukan, ia merasa belum bisa
menunaikan rasa syukur kepada Allah atas beragam kenikmatan yang Allah berikan
kepadanya.
Cara
mengajarkan anak muroqabah
Muroqabah adalah suatu ibadah hati. Pengaruhnya bagi kehidupan
seseorang bagitu dahsyat, sehingga harus dimiliki oleh setiap orang, baik orang
dewasa maupun anak kecil. Lantas bagaimana cara kita mengajarkan muroqabah ini
kepada anak-anak kita, berikut ini adalah diantara hal yang bisa ditempuh
yaitu;
1. Kenalkan si anak kepada sang penciptanya
Seorang pendidik hendaknya menumbuhkan dalam diri si anak bahwa
Allah lah yang telah menciptakannya. Dia adalah Robb yang memiliki neraka yang
bahan bakarnya batu dan manusia, Kita harus senantiasa menjaga dan melaksanakan
setiap perintah dan menjauhi semua larangan-Nya dimana pun kita berada. Dialah
yang telah memberikan rizki dan kesehatan unutk kita sehingga kita bisa hidup
tenang dan bahagia.
2. Ajarkan si anak makna dan kandungan dari nama-nama Allah

Setelah si anak memahami bahwa Allah
yang telah menciptakannya, maka selanjutnya
ajarkan dia bahwa Allah itu mempunyai nama-nama yang baik lagi indah,
diantaranya adalah Ar-Raqib (Maha Mengawasi), Al-‘Alim (Maha
Mengetahui), Al-Bashir (Maha Melihat) kemudian jelaskan makna global
dari nama-nama tersebut. Misalnya, katakan pada si anak, ‘Allah
maha mengawasi segala gerak-gerik dan tingkah
laku kita. Allah maha melihat setiap langkah dan perbuatan kita dimana pun kita
berada, meskipun di tempat dimana tak seorang manusiapun melihat dan
mengetahuinya, tapi ingat, Allah
pasti melihat dan mengetahuinya.’



3. Hendaknya seorang ibu menakuti anaknya dengan kemurkaan Allah.
Seorang anak biasanya lebih takut pada bapaknya daripada ibunya.
Karena itu sering kita dapati sang ibu menakuti anaknya dengan kemarahan sang
bapak. ‘Nak jangan lakukan itu nanti bapak marah lho..! kata si ibu. Sikap sang
ibu ini akan membuat si anak berani melakukan apa yang ia mau jika bapaknya
tidak ada atau ia berada jauh darinya. Dan hal ini terjadi akibat jauhnya si
anak dari siraman rohani yang benar dan memadai. Maka mulai sekarang ganti
kata-kata itu dengan kalimat berikut ini, ‘Nak jangan lakukan itu nanti Allah
marah, jangan bohong ya karena Allah Maha mengetahui segala sesuatu’ atau
dengan kalimat lainnya.
Inilah sekilas tentang hakikat dari muroqabatullah dan cara bagaimana
kita mengajarkan dan menumbuhkan sikap mulia ini pada diri si anak. Mudah-mudahan
bermanfaat terutama bagi penulis dan umumnya bagi pembaca yang budiman. Wallahu
A’lam
Oleh: Abu Umair, Lc
~ Artikel ini pernah dimuat di Majalah Gerimis ~
Tidak ada komentar:
Posting Komentar